April 11, 2015

Sistem Integumen Pada Ikan


A.1 Pengertian Sistem Integumen pada ikan      
            Integumen merupakan bagian terluar dari ikan sebagai pembalut tubuh atau penutup tubuh ikan. Sistem integumen pada seluruh makhluk hidup merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat makhluk hidup tersebut hidup atau berada.

A.2 Sistem Integumen Pada Ikan
A.2.1 Kulit
    Sama seperti vertebrata lainnya, kulit pada ikan selain sebagai pembalut tubuh juga berfungsi sebagai :
1.      Alat pertahanan pertama terhadap penyakit.
2.  Perlindungan dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan ikan, oleh karena itu dalam kulit terdapat alat penerima rangsang.
3.    Alat eksresi dan osmoregulasi.
4.    Alat pernapasan tambahan untuk beberapa jenis ikan.
            Beberapa alat lain yang terdapat dalam kulit ikan adalah kelenjar racun, pigmen, organ penghasil cahaya dan kelenjar mocous (lendir)
            Kulit terdiri dari beberapa lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut dermis atau corium. Pada ikan teleostei terdiri dari beberapa lapisan yaitu kutikula, epidermis, dermis, dan hipodermis.
            Lapisan kutikula mengandung immonuglobulin dan liso-enzim yang spesifik dan asam – asam lemak bebas yang diperkirakan mempunyai aktivitas anti pathogen. Dikatakan pula bahwa lapisan kutikula tersebut dapat mengurangi bahaya luka serta dapat menghambat penerobosan air oleh proses osmosis serta dapat menghambat penorobosan air oleh proses osmosis serta dapat mengurangi gesekan tubuh ikan berenang.
            Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel – sel berbentuk piala yang terdapat diseluruh permukaan tubuh. Epidermis bagian dalam terdiri dari lapisan sel yang selalu giat mengadakan pembelahan untuk menggantikan sel – sel sebelah luar yang lepas dan untuk persendian pengembangan tubuh. Tebalnya lapisan epidermis dapat bervariasi bergantung pada spesies, umur, dan tingkat kedewasaan dalam siklus reproduksi. Umumnya lapisan epidermis lebih tebal pada spesies ikan yang tidak mempunyai sisik, dan juga pada bagian sirip dimana banyak terdapat ujung-ujung saraf dan sel-sel lendir.
            Dermis lebih tebal dari pada epidermis dan terdiri dari sel-sel yang susunannya lebih kompak. Lapisan ini berperan dalam pembentukan sisik pada ikan-ikan yang bersisik. Derivat-derivat kulit juga dibentuk di dalam lapisan ini. Pada dermis ini terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat.
            Lapisan dermis terdiri dari dua lapisan, yaitu stratum spongiosum dan stratum kompaktum. Stratum spongiosum merupakan suatu tenunan dari kalogen dan serat-serat-serat retikulum yang  berhubungan dengan membran dasar dan epiermis. Lapisan ini mengandung pigmen (kromatofor), sel-sel penyusun kantung sisik dimana sisik tertanam.
            Lapisan hiodermis merupakan jaringan adipose yang mempunyai pembuluh darah yang lebih banyak dibandingkan pada sel yang longgar. Tidak semua spesies ikan mempunyai lapisan hipodermis ini.
 A.2.2 Sisik
            Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis karena sisik dibuat di dalam lapisan dermis. Disamping ikan yang bersisik, juga banyak terdapat ikan yang sama sekali tidak mempunyai sisik misalnya ikan-ikan yang termasuk sub-ordi Siluridae. Misalnya jambal ( Pangasius pangasius ).
            Sisik pada golongan ikan Teleostei merupakan tulang dermal yang aselular, yang terdiri dari susunan matriks isopedine mineral yang membungkus serabut-serabut kalogen yang tebal yang tersusun dengan arah posterior. Ada dua tipe utama dari sisik, yaitu sisik ctenoid dan cycloid. Sisik ctenoid mempunyai spekular yang kaku pada bagian posteriornya, sedangkan pada sisik cycloid tidak ada.
            Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung didalamnya,sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis yaitu : placoid, cosmoid, ganoid, cycloid dan ctenoid.
            Sisik placoid hanya terdapar pada ikan-ikan yang bertulang rawan(chondrichthyes). Bentuk sisik ini seperti bunga mawar dengan dasar yang bulat dan bujur sangkar.
            Sisik cosmoid hanya terdapat pada ikan fosil dan ikan primitif. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar ke dalam ialah vitrodentine yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan yang kuat dan “noncellular”,terakhir isopedine materialnya terdiri dari substansi tulang.
            Sisik ganoid terdiri dari beberapa lapisa. Lapisan luar dinamakan ganoine yang meterialnya terdiri dari garam-garam organik, sedangkan dibawahnya terdapat lapisan cosmonie, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine.
            Sisik cycoloid dan ctenoid terdapat pada golongan ikan teleostei, dimana masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacopterygii) dan golongan ikan berjari-jari (Acanthopterygii).
            Bagian sisik yang menempel ketubuh hanya sebagian, kira-kira separuhnya, penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting. Sisik yang terlihat hanya pada bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap dari pada bagian depannya (anterior) karena posteriornya mengandung pigmen (kromatofor), sedang bagian anteriornya transparan dan tidak berwarna.
            Di daerah yang bermusim empat, sisik dapat digunkan untuk menentukan umur ikan. Cirkulus selalu bertambah selama ikan itu hidup. Cirkuli yang berhimpitan ini dinamakan annulus yang terjadi setahun sekali. Annulus ini digunakan untuk menentukan umur ikan.
A.2.3 Pewarnaan
            Umumnya ikan laut yang hidup di lapisan atas berwarna keperak-perakan, bagian tengah kemerah-merahan dan dibagian bawah (dasar) ungu atau hitam.
            Warna ikan tersebut disebabkan oleh schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan biochrome (pigmen pembawa warna). Schermacrome putih terdapat pada rangka, gelembung renang, sisik dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna-warna pelangi terdapat pada sisik, mata dan membran usus.
            Beberapa jenis pigmen pembawa warna adalah :
1.      Carotenoid        :  warna kuning, merah dan corak lainnya
2.      Cromolipid       :  warna kuning sampai coklat.
3.      Indigoid            :  warna biru, merah dan hijau.
4.      Malanin             :  warna hitam dan coklat.
5.      Porphirin           :  warna merah, kuning, hijau, biru dan coklat.
6.      Flarin                :  warna kuning tetapi sering dengan flourensi kehijau-hijauan.
7.      Purin                 :  warna kuning dan keperakan-perakan.
8.      Prerin                :  warna putih, kuning, merah, dan jingga.
            Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua macam yaitu iridocyte (leucophore dan guanophore) dan chromatophone. Chromatophore dasar ada empat jenis yaitu erythrophore (merah dan jingga), xanthophore (kuning), melanophore (hitam) dan leucophore (putih).
            Warna tubuh pada ikan mempunyai banyak fungsi. Lagler et al, (1997) dalam Sjafei et al, (1989) mengelompokkan fungsi-fungsi tersebut dalam tiga hal yaitu untuk persembunyian, penyamaran, dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian meliputi warna pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran warna, perwarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.
            Pemiripan warna secara umum antara lain antar ikan dengan latar belakangnya merupakan karakteristik dasar ikan untuk memiripi bayangan dan corak habitat dimana mereka tinggal.
            Pemiripan warna secara berubah merupakan kemampuan ikan untuk mengubah warna tubuhnya secara perlahan-lahan atau cepat seakan-akan untuk dapat menyamai latar belakangnya dengan lebih sempurna. Beberapa variasi pemiripan warna terjadi bersamaan dengan tahap-tahap kehidupannya.
            Pemudaran warna pada ikan berfungsi untuk mengurangi kejelasan ikan tersebut dari sekelilingnya sehingga kabur. Salah satu bentuk pemudaran warna ini ialah “counter shadding”; dimana ikan mempunyai bagian dorsal yang berwarna lebih gelap daripada bagian vetralnya. Keadaan demikian ini cenderung membuat mereka tampak seperti bidang datar bagaikan banyangan (prinsip Thayer)
            Perwarnaan terpecah merupakan suatu upaya untuk mengaburkan pandangan terhadap tubuh ikan. Bila permukaan tubuh ikan mempunyai garis-garis warna atau corak kontras yang tidak teratur, maka garis-garis tersebut akan cenderung mengaburkan padangan hewan lain yang meliputi ikan itu.
            Pewarnaan terpecah koinsiden merupakan suatu kamuflese khusus, dengan cara membentuk suatu corak yang menyerupai suatu organ tubuh. Sebagai contoh pada ikan kupu-kupu (Forcipiger longirostris).
            Penyamaran merupakan suatu upaya untuk menyerupai suatu benda tertentu, bukan saja terhadap warna tetapi juga bentuk dan tingkah laku. Ikan Monocanthus polycanthus dan Oliogoplites saurus tampak menyerupai daun. Bentuk lepu tembaga (Synanceja horrida) mirip batu.
A.2.4 Organ cahaya       
            Terdapat dua sumber cahaya yang dikeluarkan oleh ikan dan keduanya terdapat pada kulit, yaitu cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang hidup bersimbiose dengan ikan dan cahaya yang dikeluarkan oleh ikan itu sendiri. Ikan yang dapat mengeluarkan cahaya umumnya tinggal di bagian laut dalam dan hanya sedikit yang hidup di perairan dangkal.
            Sel pada kulit ikan yang dapat mengeluarkan cahaya tersebut sel cahaya atau photopore (photocyte). Sel ini terdapat pada golongan ikan Elasmobranchii (Spinax, Etomopterus, Benthobathis moresbyi) dan teleostei (Stomiatidae, Myctophiformes, Batrachhoididar).
            Ikan-ikan famili Macroridae, Gadidae, Monocentridae, Anomalopidae, Leiognathidae, Serranidae, dan Saccopharyngidae mempunyai cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang hidup bersimbiose dengan ikan.
            Fungsi organ cahaya pada ikan adalah sebagai tanda pengenal individu ikan sejenis, untuk memikat mangsa, menerangi lingkungan sekitarnya, mengejutkan musuh dan melarikan diri, sebagai penyesuaian terhadap ketiadaan sinar di laut dan sebagai ciri ikan beracun.
A.2.5 Kelenjar Beracun
            Kelenjar beracun merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Kelenjar baracun ini bukan saja dipergunakan untuk mempertahankan diri, tetapi juga untuk menyerang dan mencari makanan.
            Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar beracun antara lain ikan-ikan yang hidup di sekitar karang, ikan lele dan sebangsanya (Siluridae) dan golongan Elasmobranchii (Dasyatidae, Chimaeridae, Myliobathidae). Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga terkenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari integumennya melainkan dari kelenjar empedu (hepar).
            Ikan lepu ayam (Petrois volintas dan Petrois russeli), lepu angin (Scorpaena guttata) dan lepu tembaga (Synanceja horrida) mempunyai racun jari-jari keras, sirip punggung, sirip anal dan sirip perut.
            Beberapa anggota Siluridae yang beracun misalnya adalah : sembilang (Plotosus canius), lele (Clarias batrachus), keting (Ketengus thypus), manyaung (Arius thalasinus).
            Kelenjar beracun ikan pari (Dasyatis sp) terdapat pada duri ekornya. Duri ini tersusun dari bahan yang disebut vasodentine. Sepanjang kedua sisi duri tersebut terdapat gerigi yang bengkok ke dalam.





****SELAMAT ME-BACA GAN****

0 komentar:

Post a Comment