A.1 Pengertian Sistem Integumen
pada ikan
Integumen merupakan bagian terluar
dari ikan sebagai pembalut tubuh atau penutup tubuh ikan. Sistem integumen pada
seluruh makhluk hidup merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan
lingkungan luar tempat makhluk hidup tersebut hidup atau berada.
A.2 Sistem Integumen Pada Ikan
A.2.1 Kulit
Sama
seperti vertebrata lainnya, kulit pada ikan selain sebagai pembalut tubuh juga
berfungsi sebagai :
1. Alat
pertahanan pertama terhadap penyakit.
2. Perlindungan
dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
ikan, oleh karena itu dalam kulit terdapat alat penerima rangsang.
3. Alat
eksresi dan osmoregulasi.
4. Alat
pernapasan tambahan untuk beberapa jenis ikan.
Beberapa alat lain yang terdapat
dalam kulit ikan adalah kelenjar racun, pigmen, organ penghasil cahaya dan
kelenjar mocous (lendir)
Kulit terdiri dari beberapa lapisan,
yaitu lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut dermis
atau corium. Pada ikan teleostei terdiri dari beberapa lapisan yaitu kutikula,
epidermis, dermis, dan hipodermis.
Lapisan kutikula mengandung
immonuglobulin dan liso-enzim yang spesifik dan asam – asam lemak bebas yang
diperkirakan mempunyai aktivitas anti pathogen. Dikatakan pula bahwa lapisan
kutikula tersebut dapat mengurangi bahaya luka serta dapat menghambat
penerobosan air oleh proses osmosis serta dapat menghambat penorobosan air oleh
proses osmosis serta dapat mengurangi gesekan tubuh ikan berenang.
Epidermis selalu basah karena adanya
lendir yang dihasilkan oleh sel – sel berbentuk piala yang terdapat diseluruh
permukaan tubuh. Epidermis bagian dalam terdiri dari lapisan sel yang selalu
giat mengadakan pembelahan untuk menggantikan sel – sel sebelah luar yang lepas
dan untuk persendian pengembangan tubuh. Tebalnya lapisan epidermis dapat
bervariasi bergantung pada spesies, umur, dan tingkat kedewasaan dalam siklus
reproduksi. Umumnya lapisan epidermis lebih tebal pada spesies ikan yang tidak
mempunyai sisik, dan juga pada bagian sirip dimana banyak terdapat ujung-ujung
saraf dan sel-sel lendir.
Dermis lebih tebal dari pada
epidermis dan terdiri dari sel-sel yang susunannya lebih kompak. Lapisan ini
berperan dalam pembentukan sisik pada ikan-ikan yang bersisik. Derivat-derivat
kulit juga dibentuk di dalam lapisan ini. Pada dermis ini terkandung pembuluh
darah, saraf dan jaringan pengikat.
Lapisan dermis terdiri dari dua
lapisan, yaitu stratum spongiosum dan stratum kompaktum. Stratum spongiosum
merupakan suatu tenunan dari kalogen dan serat-serat-serat retikulum yang berhubungan dengan membran dasar dan
epiermis. Lapisan ini mengandung pigmen (kromatofor), sel-sel penyusun kantung
sisik dimana sisik tertanam.
Lapisan hiodermis merupakan jaringan
adipose yang mempunyai pembuluh darah yang lebih banyak dibandingkan pada sel
yang longgar. Tidak semua spesies ikan mempunyai lapisan hipodermis ini.
A.2.2 Sisik
Sisik sering diistilahkan sebagai
rangka dermis karena sisik dibuat di dalam lapisan dermis. Disamping ikan yang
bersisik, juga banyak terdapat ikan yang sama sekali tidak mempunyai sisik
misalnya ikan-ikan yang termasuk sub-ordi Siluridae. Misalnya jambal ( Pangasius pangasius ).
Sisik pada golongan ikan Teleostei
merupakan tulang dermal yang aselular, yang terdiri dari susunan matriks
isopedine mineral yang membungkus serabut-serabut kalogen yang tebal yang
tersusun dengan arah posterior. Ada dua tipe utama dari sisik, yaitu sisik
ctenoid dan cycloid. Sisik ctenoid mempunyai spekular yang kaku pada bagian
posteriornya, sedangkan pada sisik cycloid tidak ada.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang
terkandung didalamnya,sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis yaitu :
placoid, cosmoid, ganoid, cycloid dan ctenoid.
Sisik placoid hanya terdapar pada
ikan-ikan yang bertulang rawan(chondrichthyes).
Bentuk sisik ini seperti bunga mawar dengan dasar yang bulat dan bujur sangkar.
Sisik cosmoid hanya terdapat pada
ikan fosil dan ikan primitif. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan,
yang berturut-turut dari luar ke dalam ialah vitrodentine yang dilapisi semacam
enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan yang kuat dan “noncellular”,terakhir isopedine materialnya
terdiri dari substansi tulang.
Sisik ganoid terdiri dari beberapa
lapisa. Lapisan luar dinamakan ganoine yang meterialnya terdiri dari
garam-garam organik, sedangkan dibawahnya terdapat lapisan cosmonie, dan
lapisan yang paling dalam adalah isopedine.
Sisik cycoloid dan ctenoid terdapat
pada golongan ikan teleostei, dimana masing-masing terdapat pada golongan ikan
berjari-jari lemah (Malacopterygii)
dan golongan ikan berjari-jari (Acanthopterygii).
Bagian sisik yang menempel ketubuh
hanya sebagian, kira-kira separuhnya, penempelannya secara tertanam ke dalam
sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting. Sisik yang
terlihat hanya pada bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap dari
pada bagian depannya (anterior) karena posteriornya mengandung pigmen (kromatofor), sedang bagian anteriornya
transparan dan tidak berwarna.
Di daerah yang bermusim empat, sisik
dapat digunkan untuk menentukan umur ikan. Cirkulus selalu bertambah selama
ikan itu hidup. Cirkuli yang berhimpitan ini dinamakan annulus yang terjadi
setahun sekali. Annulus ini digunakan untuk menentukan umur ikan.
A.2.3 Pewarnaan
Umumnya
ikan laut yang hidup di lapisan atas berwarna keperak-perakan, bagian tengah
kemerah-merahan dan dibagian bawah (dasar) ungu atau hitam.
Warna ikan tersebut disebabkan oleh
schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan biochrome (pigmen pembawa warna).
Schermacrome putih terdapat pada rangka, gelembung renang, sisik dan testes;
biru dan ungu pada iris mata; warna-warna pelangi terdapat pada sisik, mata dan
membran usus.
Beberapa jenis pigmen pembawa warna
adalah :
1. Carotenoid :
warna kuning, merah dan corak lainnya
2. Cromolipid :
warna kuning sampai coklat.
3. Indigoid :
warna biru, merah dan hijau.
4. Malanin :
warna hitam dan coklat.
5. Porphirin :
warna merah, kuning, hijau, biru dan coklat.
6. Flarin : warna kuning tetapi sering dengan flourensi
kehijau-hijauan.
7. Purin : warna kuning dan keperakan-perakan.
8. Prerin : warna putih, kuning, merah, dan jingga.
Sel khusus yang memberikan warna
pada ikan ada dua macam yaitu iridocyte (leucophore
dan guanophore) dan chromatophone. Chromatophore dasar ada empat jenis yaitu erythrophore (merah dan jingga), xanthophore (kuning), melanophore
(hitam) dan leucophore (putih).
Warna tubuh pada ikan mempunyai
banyak fungsi. Lagler et al, (1997) dalam
Sjafei et al, (1989) mengelompokkan fungsi-fungsi tersebut dalam tiga hal
yaitu untuk persembunyian, penyamaran, dan pemberitahuan. Jenis warna
persembunyian meliputi warna pemiripan warna secara umum, pemiripan warna
secara berubah, pemudaran warna, perwarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah
koinsiden.
Pemiripan warna secara umum antara
lain antar ikan dengan latar belakangnya merupakan karakteristik dasar ikan
untuk memiripi bayangan dan corak habitat dimana mereka tinggal.
Pemiripan warna secara berubah
merupakan kemampuan ikan untuk mengubah warna tubuhnya secara perlahan-lahan
atau cepat seakan-akan untuk dapat menyamai latar belakangnya dengan lebih
sempurna. Beberapa variasi pemiripan warna terjadi bersamaan dengan tahap-tahap
kehidupannya.
Pemudaran warna pada ikan berfungsi
untuk mengurangi kejelasan ikan tersebut dari sekelilingnya sehingga kabur.
Salah satu bentuk pemudaran warna ini ialah “counter shadding”; dimana ikan mempunyai
bagian dorsal yang berwarna lebih gelap daripada bagian vetralnya. Keadaan
demikian ini cenderung membuat mereka tampak seperti bidang datar bagaikan
banyangan (prinsip Thayer)
Perwarnaan terpecah merupakan suatu
upaya untuk mengaburkan pandangan terhadap tubuh ikan. Bila permukaan tubuh
ikan mempunyai garis-garis warna atau corak kontras yang tidak teratur, maka
garis-garis tersebut akan cenderung mengaburkan padangan hewan lain yang
meliputi ikan itu.
Pewarnaan terpecah koinsiden
merupakan suatu kamuflese khusus, dengan cara membentuk suatu corak yang
menyerupai suatu organ tubuh. Sebagai contoh pada ikan kupu-kupu (Forcipiger longirostris).
Penyamaran merupakan suatu upaya
untuk menyerupai suatu benda tertentu, bukan saja terhadap warna tetapi juga
bentuk dan tingkah laku. Ikan Monocanthus
polycanthus dan Oliogoplites saurus
tampak menyerupai daun. Bentuk lepu tembaga (Synanceja horrida) mirip batu.
A.2.4 Organ cahaya
Terdapat
dua sumber cahaya yang dikeluarkan oleh ikan dan keduanya terdapat pada kulit,
yaitu cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang hidup bersimbiose dengan ikan
dan cahaya yang dikeluarkan oleh ikan itu sendiri. Ikan yang dapat mengeluarkan
cahaya umumnya tinggal di bagian laut dalam dan hanya sedikit yang hidup di
perairan dangkal.
Sel pada kulit ikan yang dapat
mengeluarkan cahaya tersebut sel cahaya atau photopore (photocyte).
Sel ini terdapat pada golongan ikan Elasmobranchii (Spinax, Etomopterus, Benthobathis moresbyi) dan teleostei (Stomiatidae, Myctophiformes, Batrachhoididar).
Ikan-ikan famili Macroridae,
Gadidae, Monocentridae, Anomalopidae, Leiognathidae, Serranidae, dan
Saccopharyngidae mempunyai cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang hidup
bersimbiose dengan ikan.
Fungsi organ cahaya pada ikan adalah
sebagai tanda pengenal individu ikan sejenis, untuk memikat mangsa, menerangi
lingkungan sekitarnya, mengejutkan musuh dan melarikan diri, sebagai
penyesuaian terhadap ketiadaan sinar di laut dan sebagai ciri ikan beracun.
A.2.5 Kelenjar Beracun
Kelenjar beracun merupakan
modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Kelenjar baracun ini bukan saja
dipergunakan untuk mempertahankan diri, tetapi juga untuk menyerang dan mencari
makanan.
Ikan-ikan yang sistem integumennya
mengandung kelenjar beracun antara lain ikan-ikan yang hidup di sekitar karang,
ikan lele dan sebangsanya (Siluridae) dan golongan Elasmobranchii (Dasyatidae,
Chimaeridae, Myliobathidae). Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga
terkenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari integumennya melainkan
dari kelenjar empedu (hepar).
Ikan lepu ayam (Petrois volintas dan Petrois
russeli), lepu angin (Scorpaena
guttata) dan lepu tembaga (Synanceja
horrida) mempunyai racun jari-jari keras, sirip punggung, sirip anal dan
sirip perut.
Beberapa anggota Siluridae yang
beracun misalnya adalah : sembilang (Plotosus
canius), lele (Clarias batrachus),
keting (Ketengus thypus), manyaung (Arius thalasinus).
Kelenjar beracun ikan pari (Dasyatis sp) terdapat pada duri ekornya.
Duri ini tersusun dari bahan yang disebut vasodentine. Sepanjang kedua sisi
duri tersebut terdapat gerigi yang bengkok ke dalam.
****SELAMAT ME-BACA GAN****