Kawin
sutik dengan menggunakan ekstrak kelenjar
hipofise dirintis pertama kali oleh Housay, warga negara Argetina
menjelang tahun 1930.
Namun, Brazil merupakan negara pertama yang mengembangkan teknik hipofisasi tersebut.kemudian teknik hipofisasi ini menyebar dengan cepat ke Eropa, Amerika Serikat, dan Asia.
Namun, Brazil merupakan negara pertama yang mengembangkan teknik hipofisasi tersebut.kemudian teknik hipofisasi ini menyebar dengan cepat ke Eropa, Amerika Serikat, dan Asia.
Di
indonesia, kawin suntik diperkenalkan pertama kali oleh Atmadja Hardjamulia di
LPPD ( Lembaga Penelitian Perikanan Darat ), Bogor pada tahun 1961. Jenis ikan
yang dicoba dikawinkan pertama kali adalah ikan nilem, ikan tawes, dan beberapa
ikan liar dari perairan bebas dari Sumatera selatan. Kemudian menyusun ikan
kowan ( grass carp ) dan ikan mola ( sillver carp ).
Perkembangan
kawin suntik di Indonesia melalui periode sebagai berikut. Pada bulan novembe
1964 LPPD mendatangkan ikan mola dari jepang ikannya. Untuk kedua kalinya, ikan
mola didatangkan dari taiwan pada tahun 1969. Pada bulan Desember 1971, LPPD
berhasil memijah ikan mola, sejak itulah, teknik pemijahan populer di
Indonesia. Kesuksesan LPPD memijahkanikan mola, disusul dengan kesuksesan
memijahkan ikan kowan dan jenis – jenis ikan lainnya.
Menurut
Schuster dalam publikasinya tahun 1950, ikan kowan pernah dimasukkan ke Aceh
pada tahun 1915. Pada tahun 1949,untuk kedua kalinya ikan kowan didatangkan
lagi ke bogor oleh Jawatan Perikanan Darat kemudian disebarkan ke Jawa Barat
dan Yogyakarta. Selanjutnya LPPD mendatangkan lagi dari jepang pada tahun 1964
dan dari taiwan pada tahun 1969. Percobaan dilakukan sejak tahun 1962, tetapi
baru berhasil pada bulan Desember 1973.
Ikan nilem
idan ikan tawes berhasil dipijahkan dengan baik dan cukup mudah. Akan tetapi,
sampai tahun 1970 jenis – jenis iakn lainnya masih belum berhasil dipijahkan.
Selanjutkan pada tahun 1978 LPPD berhasil memijahkan ikan jerawat ( Labeobarbus houveni ).
Indonesia
mentransfer teknologi kawin suntik dari Taiwan dan buka dari negara
asalnya,yaitu negara Argentina. Jika terlihat dari sejarah teknologi ini sejak
diperkenalkan di dunia hingga dibawa ke indonesia maka terdapat selisih waktu
sekitar 40 tahun. Apakah teknologi ini di Indonesia kemudian tertinggal sejauh
itu.tentu masih dikaji lebih lanjut menyangkut banyak aspek.
Secara umum,
pemijahan dengan teknik hipofisasi ini sudah dilaksanakan hampir di seluruh BBI
( Balai Benih Indonesia ) yang tersebar diindonesia. Untuk jenis ikan yang
menjadi target produksi BBI, hampir dipastikan pemijahan ikan yang bersangkutan
dengan taknik hipofisasi.
Ketika ikan
lele dumbo ramai diperkenalkan, teknik hipofisasi diterapkan oleh banyak petani
ikan yang kesulitan mendapatkan bibit ikan dari perusahaan yang menjadi
distributor utamanya. Pasalnya, saat itu dikabarkan bahwa benih ikan lele dumbo
yang terjual merupakan benih unggul, yaitu cepat besar, tetapi ternyata mandul.
Hingga akhirnya terbukti lele dumbo dapat dikawinkan dengan teknik hipofisasi.
Sejak saat itu selain lembaga penilitian dan instansi pemerintah, banyak petani
dan perusahaan yang memanfaatkan teknologi kawin suntik ini.
No comments:
Post a Comment