November 22, 2013

Sejarah singkat perkembangan kawin suntik pada ikan



            Kawin sutik dengan menggunakan ekstrak kelenjar  hipofise dirintis pertama kali oleh Housay, warga negara Argetina menjelang tahun 1930.
Namun, Brazil merupakan negara pertama yang mengembangkan teknik hipofisasi tersebut.kemudian teknik hipofisasi ini menyebar dengan cepat ke Eropa, Amerika Serikat, dan Asia.
            Di indonesia, kawin suntik diperkenalkan pertama kali oleh Atmadja Hardjamulia di LPPD ( Lembaga Penelitian Perikanan Darat ), Bogor pada tahun 1961. Jenis ikan yang dicoba dikawinkan pertama kali adalah ikan nilem, ikan tawes, dan beberapa ikan liar dari perairan bebas dari Sumatera selatan. Kemudian menyusun ikan kowan ( grass carp ) dan ikan mola ( sillver carp ).
            Perkembangan kawin suntik di Indonesia melalui periode sebagai berikut. Pada bulan novembe 1964 LPPD mendatangkan ikan mola dari jepang ikannya. Untuk kedua kalinya, ikan mola didatangkan dari taiwan pada tahun 1969. Pada bulan Desember 1971, LPPD berhasil memijah ikan mola, sejak itulah, teknik pemijahan populer di Indonesia. Kesuksesan LPPD memijahkanikan mola, disusul dengan kesuksesan memijahkan ikan kowan dan jenis – jenis ikan lainnya.
            Menurut Schuster dalam publikasinya tahun 1950, ikan kowan pernah dimasukkan ke Aceh pada tahun 1915. Pada tahun 1949,untuk kedua kalinya ikan kowan didatangkan lagi ke bogor oleh Jawatan Perikanan Darat kemudian disebarkan ke Jawa Barat dan Yogyakarta. Selanjutnya LPPD mendatangkan lagi dari jepang pada tahun 1964 dan dari taiwan pada tahun 1969. Percobaan dilakukan sejak tahun 1962, tetapi baru berhasil pada bulan Desember 1973.
            Ikan nilem idan ikan tawes berhasil dipijahkan dengan baik dan cukup mudah. Akan tetapi, sampai tahun 1970 jenis – jenis iakn lainnya masih belum berhasil dipijahkan. Selanjutkan pada tahun 1978 LPPD berhasil memijahkan ikan jerawat ( Labeobarbus houveni ).
            Indonesia mentransfer teknologi kawin suntik dari Taiwan dan buka dari negara asalnya,yaitu negara Argentina. Jika terlihat dari sejarah teknologi ini sejak diperkenalkan di dunia hingga dibawa ke indonesia maka terdapat selisih waktu sekitar 40 tahun. Apakah teknologi ini di Indonesia kemudian tertinggal sejauh itu.tentu masih dikaji lebih lanjut menyangkut banyak aspek.
            Secara umum, pemijahan dengan teknik hipofisasi ini sudah dilaksanakan hampir di seluruh BBI ( Balai Benih Indonesia ) yang tersebar diindonesia. Untuk jenis ikan yang menjadi target produksi BBI, hampir dipastikan pemijahan ikan yang bersangkutan dengan taknik hipofisasi.
            Ketika ikan lele dumbo ramai diperkenalkan, teknik hipofisasi diterapkan oleh banyak petani ikan yang kesulitan mendapatkan bibit ikan dari perusahaan yang menjadi distributor utamanya. Pasalnya, saat itu dikabarkan bahwa benih ikan lele dumbo yang terjual merupakan benih unggul, yaitu cepat besar, tetapi ternyata mandul. Hingga akhirnya terbukti lele dumbo dapat dikawinkan dengan teknik hipofisasi. Sejak saat itu selain lembaga penilitian dan instansi pemerintah, banyak petani dan perusahaan yang memanfaatkan teknologi kawin suntik ini.

No comments:

Post a Comment