November 23, 2013

Sejarah ikan koi


            Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan dijepang 200 tahun yang lalu dipegunungan Niigata oleh petani
Yamakoshi. Pemulian yang dilakukan bertahun – tahn menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian koi. Nishikigoi adalah nama jepang untuk Koi.
           
Pada tahun 1914, ketika Niigata Koi memamerkan dalam suatu expo, mulailah terjadi demam memelihara koi diseluruh jepang. Hobi memelihara ikan koi tersebar keseluruh penjuru dunia setelah kantong plastic dan sarana transport sudah memadai untuk pengiriman ikan dengan selamat.
            Memelihara ikan koi adalah hobi yang menyenangkan da diyakini dapat mengurangi tingkat stress. Ikan koi adalah ikan yang pintar dan bisa diajarkan untuk makan dari tangan kamu. Namun kadang seperti ikan rakus yang akan memakan apa saja yang kamu lemparkan ke kolam.
            Koi juga bisa mendengar dan akan merespon suara – suara, terutama suara dari pemiliknya.
            Penghargaan terhadap nilai ikan koi berkembang dengan pesat. Ikan koi kecil lebih mudah mati, namun untuk memelihara ikan koi sampai ukuran 70cm adalah juga latihan yang cukup mahal.
            Memelihara ikan koi dapat menjadi suatu obsesi, karena warna, penampilan fisik dan nilainya yang mengesankan, dan dapatmenjadi obsesi tersendiri untuk mendapatkan ikan koi cantik yang labih bagus dan lebih bagus lagi.
            Umumnya ikan mencapai ukuran 50% dari panjang ukuruan ikan koi dewasa dalam 24 bulan,biasanya pertumbuhannya tergantung dari besarnya kolam. Juga factor lain seperti kualitas air, oksigen, filtering, dan makanan. Garis keturunan ikan koi juga sngat berpengaruh erat dengan kualitasnya.
            Rata – rata ikan koi bisa hidup antara 20-30 tahun. Ikan koi adalah ikan hidupnya berkelompok. Ikan koi suka perhatinan dari manusia dan sebenarnya mahluk yang punya rasa ingin tahu yang luar biasa.
            Keberadaan ikan koi melewati proses panjang. Pada awalnya para peternak menghasilkan ikan koi yang hanya mempunyai satu macam, yang hitam disebut karasugoi dan sumigoi, warna putih disebut shiromuji, warna kuning disebut kigoi, warna merah disebut benigoi, higoi, akagoi, warne keemasan disebut kingoi, warna keperakan disebut gingoi. Dari koi warna polos inilah lantas muncul koi dengan warna; ikan koi tiga warna, dan ikan koi ‘orak-arik’ dengan warna atau populer dengan multi warna.
            Ikan koi dengan dua warna yang cukup digemari misalnya saja kohaku yaitu ikan koi yang mempunyai badan berwarna dasar putih dengan bercak merak di atas warna dasarnya. Bercak warna merah ini bisa bervariasi Jetaknya. Namun persona yang ditimbulkannya lebih menonjol dibandingkan ikan koi yang mempunyai satu warna. Ikan koi dua warna lainnya cukup diminati misalnya saja Shiro bekko yaitu ikan koi yang dasarnya putih dengan belang berwarna hitam. Kemudian ikan koi Shiro utsuri, yang merupakan kebalikan dari Shiro bekko, karena warna dasar badan-nya berwarna hitam dengan belang berwarna putih. Ikan koi Hi utsuri mempunyai badan berwarna hitam dengan belang berwarna merah, merupakan kebalikan dari Aka bekko yang mempunyai badan berwarna dasar merah dengan belang berwarna hitam.
            Selain ikan koi dengan dua warna, ikan koi dengan tiga warna pun banyak diminati. Adapun yang banyak dilirik para hobiis diantaranya Taisho-sanke. Taisho-sanke mempunyai perpaduan khas, karena badannya yang berwarna dasar putih dihiasi dengan bercak – bercak berwarna merah dan hitam yang sangat kontras. Sebaliknya Showa-sanke pun banyak juga peminatnya karena warna dasar badannya yang hitam itu sungguh indah ketika warna putih dan merah turut melumuri sekujur badannya, sehingga lengkaplah sebagai ikan koi tiga warna yang menghiasi kolam kita.
            Contoh dari koi multi warna misalnya Goshiki yang mempunyai lima unsur warna yang sangat memikat selain ikan koi yang sudah disebutkan diatas, ada juga yang sangat memikat, misalnya Aka hijiro yang hanyak siripnya saja warna putih sedangkan sekujur badannya berwarna merah darah.  Kemudian ada lagi Ogon yang warnanya kuning keemasan, Hi-showa yang warna dasarnya hitam dengan kombinasi warna merah yang sangat kontras dan dilengkapi dengan beberapa bagian yang berwarna putih. Ada juga ikan koi warna punggungnya biru, tapi perutnya warna merah yang populer dengan nama Asagi. Ada juga yang mirip Asagi, tapi perutnya tidak bersisik, hanya bagian punggung saja yang bersisik.
            Konon ada jenis Kohaku ( warna dasar putih dengan bercak merah ) yang sangat terkenal, kerana kombinasi warna yang unik. Ikan koi yang populer sebagai Tanchokohaku mempunyai bercak lebar berwarna merah hanya pada kepalanya, sedangkan sekujur badannya berwarna putih. Tentu saja ini unik dan menarik minat hobis sehingga harganya mahal. Karena kombinasi warna itu sangat mirip atau mengingatkan kita pada bendera DaiNippon. Ada uga yang agak mirp dengan itu, tapi pada punggungnya terdapat bintik – bintik hitam, yang di-kenal nama Tancho-sanke.
            Bagaiman denga ikan koi lokal kita? Agaknya ikan koi lokal kita tidak kalah beragamnya dibandingkan dengan ragam warna ikan koi jepang. Hanya saja mengharapkan ikan koi lokal semenarik ikan koi jepang memang butuh waktu yang masih lama. Standar penilaian ikan koi Jepang rasanya memang masih jauh hendak dipakai untuk ikan koi lokal. Namun demikian kita jangan berkecil kecil hati dengan warna- warni ikan koi lokal yang belum “sepekat” ikan koi jepang, karena ada beberapa keunggulan ikan koi lokal yang patut dibanggakan. Ikan koi lokal dengan segala keterbatasan masih pantas dipajang di kolam taman, asalkan bentuk badannya sehat, bulat penampang depannya, dan tidak cacat fisiknya.
            Kita boleh berharap bahwa ikan koi yang asli Indonesia ini lebih akrab dengan lingkungan hidup alamnya, entah itu airnya atau kan-dungan  bahan organik. Yang jelas kita tidak perlu khawatir dengan luntumnya warna ikan koi seperti yang sering menjadi momok bagi pemilik ikan koi impor. Ikan koi lokal ralatif mau menerima berbagai jenis makanan selain pellet, sekali lagi, tanpa efek sampingan, yang jelas”tabu”bagi ikan koi impor.

No comments:

Post a Comment